Jumat, 28 Maret 2014

Reporter and The City


Reporter and The City
Noni Wibisono
Nonfiksi
Jakarta: GagasMedia, 2009
220 hlm; 13 x 19 cm

Ini kumpulan pengalaman seorang Noni; reporter berita di Trans TV.

Setelah membaca buku ini, saya baru sadar bahwa Noni Wibisono tidak pernah menceritakan apapun soal rapat redaksi. Apakah di program berita televisi, rapat redaksi memang tak perlu diikuti oleh para reporter dan cameramen? Karena yang sering diceritakan Noni, begitu sampai di kantor, hal yang pertama dilakukannya adalah melihat papan proyeksi. Salah satu jadwal proyeksi yang dicontohkan Noni adalah seperti ini;

Reporter              : Noni
Cameramen        : Rully Novian
Proyeksi         : Keliling hotel berbintang. Cek apakah ada peningkatan sistem keamanan. Dua hari lagi, kan, 11 September, siapa tau hotel-hotel ini pada parno takut kejadian kayak di WTC Amerika.

Setelah itu berangkatlah Noni dan Rully ke hotel-hotel berbintang. Kalau saya tengarai, selalu begitu urutannya. Tiba di kantor à lihat papan proyeksi à berangkat liputan.

Yang menarik memang cerita-cerita seru yang dialami Noni ketika liputan. Kejadian tak terduga yang lucu yang aneh yang mendebarkan yang konyol dan lain-lainnya dipadukan dengan porsi pas. Saya suka. Dengan gaya bahasa ngepop yang sama sekali tidak resmi (bahkan Noni sering menyelipkan smiley), saya tetap bisa memahami kepanikan, ketakutan, keberanian, kekesalan, dan semua-mua yang dialami Noni.

Di bagian pembuka, dengan jujur Noni menulis;

"Cobalah berpikir positif; optimis di luar sana pasti ada yang memiliki kualitas seperti kriteria idealnya reporter berita—bahkan, mungkin, syukur-syukur, bisa lebih! Tapi, bukan berarti wartawan berita yang di bawah standar lantas diaminkan nggak ada lho."

Noni memang punya karakter unik. Dari cara karakter dan kebiasaannya digambarkan, ia terkesan jauh sekali dari berwibawa. Ia pesolek, manja, dan lebay. Tapi saya kagum pada alangkah gigihnya ia ketika menghadapi dengan situasi-situasi sulit. Ia tidak banyak berkoar soal idealisme, tapi saya pikir, ia sangat mengerti bagaimana bersikap idealis. Ia mengutamakan kepentingan orang lain dibanding kepentingan pribadi. Ia tangguh. Ia sangat berdedikasi.

Mmmm. Apa lagi, ya?

Uwes, paling.

0 komentar:

Posting Komentar